Jumat, 02 Mei 2014

trematoda paru


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma. Pada dasarnya daur hidup trematoda ini melampui beberapa beberapa fase kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan hospes intermedier untuk perkembangannya. Fase daur hidup tersebut adalah sebagai berikut:
Telur---meracidium---sporocyst---redia---cercaria—metacercaria---cacing dewasa.
Dimana fase daur hidup tersebut sedikit berbeda untuk setiap spesies cacing trematoda.
Menurut lokasi berparasitnya cacing trematoda dikelompokkan sbagai berikut:
1)  Trematoda pembuluh darah: Schistosoma haematobium, S. mansoni, S. japonicum
2)  Trematoda usus: Fasciolopsis buski, Echinostoma revolutum, E. ilocanum
3)  Trematoda hati: Clonorchis sinensis, Fasciola hepatica, F. gigantic
4)  Trematoda paru: Paragonimus westermani
Paragonimiasis termasuk dalam penyakit zoonosis. Paragonimus westermani merupakan Trematoda paru-paru yang mempunyai beberapa nama lain, yaitu:
         The Lung Fluke
         Distoma wetermani
         Paragonimus ringeri
Trematoda paru jenis ini menyebar didaerah Asia Timur, antara lain RRC, Jepang, Korea, Taiwan, juga ditemukan di Indonesia, Filiphina, Vietnam, India, Afrika dan Amerika.
Species-species yang lain adalah:
         Paragonimus africanus  (Afrika)
         Paragonimus mexicanus (Mexico dan Amerika Latin)
         Paragonimus uterobilateralis (Nigeria)
         Paragonimus kellicotti (Jepang)




B.Rumusan Masalah
·         Bagaimana morfologi dan siklus hidup dari cacing paragonimus westermani (trematoda paru)?
·         Bagimana cara mengobati serta pencegahan jika terinfeksi cacing paragonimus westermani ?
·         Apa-apa saja jenis-jenis cestoda?




C.Tujuan
·         Agar mahasiswaa dapat mngetahui morfologi dan siklus hidup cacing paragonmus westermani ( trematoda hati).
·         Agar mahasiswa dapat mengetahui cara mengobati dan pencegahan jika terinfeksi cacing paragonimus westermani.
·         Agar mahasiswaa dapat mengetahui jenis-jenis cestoda.





BAB II
PEMBAHASAN

A.TREMATODA PARU
Manusia dan binatang yang memakan ketam/udang batu, seperti kucing, luak, anjing, harimau, srigala dan lain-lain merupakan hospes cacing ini. Pada manusia parasit ini menyebabkan paragonimiasis. Cacing ini banyak ditemukan di RRC, Taiwan, Korea, Jepang, Filipina, Vietnam, Thailand, India, Malaysia, Afrika dan Amerika Latin. Di Indonesia ditemukan autokton pada binatang, sedangkan pada manusia hanya sebagai kasus impor saja.


1.PARAGONIMUS WESTERMANI

Pertama ditemukan berparasit pada harimau Bengali di kebon binatang di Eropa tahun 1878. Pada ddua tahun kemudian infeksi cacing ini pada manusia dilaporkan di Formosa. Ditemukan cacing pada organ paru-paru, otak dan viscera pada orang di Jepang, Korea dan Filipina. Sekarang parasit ini telah menyebar ke India Barat, New Guenia,, Salomon, Samoa, Afrika Barat, Peru, Colombia dan Venezuela. Paragonimiasis termasuk dalam penyakit zoonosis. Cacing dewasa panjangnya 7,5-12 mm dan lebar 4-6 mm berwarna merah kecoklatan.

a.Hospes
Hospes definitif : Manusia, kucing, anjing
Hospes perantara I : Keong air tawar/ siput (Melania/Semisulcospira sp)
Hospes perantara II : Ketam / kepiting







b.Morfologi:
Telur:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg90AjUbBLAfihyphenhyphenVeDw7WmhN5l5gxSb5arJG2RJ70TfN2NW7AmY7tQdkAKbYRL4yt_eaiS1jB5jU3pRua6JIZ-kN8T0sXtRdMor5vv82e02GSOV2uShZ_hcQ9a0WeKakBa67q8t4mwEzHo/s1600/telur.jpg
Telur berukuran 80-120 x 50-60 mikron
Bentuk oval
Memiliki operculum khas yang berdinding tebal
Berwarna kuning kecoklatan
Berisi sel-sel ovum yang belum matang



Cacing dewasa: paragonimus westermani
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvBS2ecm4tkWr6uD5weVi9CQt6XQyOMNVXOSaN2Zf80CqrT6zakGGdRKJnSuiPLlyPzBXkciXoTZFF4l4xR9jNnpvoocR3FOwbD9OojdXo_9ffC0sh7RfV8mmDgRbmXC2ehYQqq6Ykito/s320/zz.jpg
Bersifat hermaprodit.
Sistem reproduksinya ovivar.
Bentuknya menyerupai daunberukuran 7 – 12 x 4 – 6 mm dengan ketebalan tubuhnya antara 3 – 5 mm.
Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.Uterus pendek berkelok-kelok.Testis bercabang, berjumlah 2 buah.
Ovarium berlobus terletak di atas testis.
Kelenjar vitelaria terletak di 1/3 tengah badan.

c.Daur hidup
       Cacing dewasa biasanya hidup di paru yang diselaputi oleh jaringan ikat dan biasanya berpasangan. Cacing tersebut juga dapat ditemukan pada organ lainnya. Fertilisasi silang dari dua cacing biasanya terjadi (hermaprodit). Telurnya sering terjebak dalam jaringan sehingga tidak dapat meninggalkan paru, tetapi bila dapat keluar kesaluran udara paru akan bergerak ke silia epitelium. Sampai di pharynx, kemudian tertelan dan mengikuti saluran pencernaan dan keluar melalui feses. Larva dalam telur memerlukan waktu sekitar 16 hari sampai beberapa minggu sebelum berkembang menjadi miracidium. Telur kemudian menertas dan miracidium harus menemukan hospes intermedier ke 1, siput Thieridae supaya tetap hidup. Didalam tubuh siput miracidium cepat membentuk sporocyst yang kemudian memproduksi rediae yang kemudian berkembang menjadi cercariae, dimana ceracaria ini berbentuk micrococcus.
       Setelah keluar dari siput cercariae menjadi aktif dan dapat merambat batuan dan masuk kedalam kepiting (crab) dan Crayfish, dan membentuk cysta dalam viscera atau muskulus hewan tersebut (hospes intermedier ke 2). Hospes intermedier ke 2 ini di Taiwan adalah kepiting yang termasuk spesies Eriocheir japonicus. Dapat juga terjadi infeksi bila krustasea ini langsung memakan siput yang terinfeksi. Cercaria kemudian membentuk metacercaria yang menempel terutama pada filamen insang dari krustasea tersebut. Bilamana hospes definitif memakan kepiting (terutama bila dimakan mentah/tidak matang), maka metacercaria tertelan dan menempel pada dinding abdomen. Beberapa hari kemudian masuk kedalam kolon dan penetrasi ke diafragma dan menuju pleura yang kemudian masuk ke broncheol paru. Cacing kemudian menjadi dewasa dalam waktu 8-12 minggu. Larva migran mungkin dapat berlokasi dalam otak, mesenterium, pleura atau kulit.


d.Cara Infeksi:
Manusia dapat terinfeksi oleh Paragonimus westermani karena memakan hospes perantara II yang mengandung metaserkaria.

e.Patologi
       Pada fase awal invasi tidak memperlihatkan gejala patologik. Pada jaringan paru atau jaringan ektopik lainnya, cacing akan merangsang terbentuknya jaringan ikat dan membentuk kapsul yang berwarna kecoklatan. Kapsul tersebut sering membentuk ulser dan secara perlahan dapat sembuh. Telur cacing di dalam jaringan merupakan pusat terbentuknya pseudotuberkel. Cacing dalam saraf tulang belakang (spinal cord) akan dapat menyebabkan paralysis baik total maupun sebagian. Kasus fatal terjadi bila Paragonimus berada dalam jantung. Kasus serebral dapat menunjukkan gejala seperti Cytisercosis. Kasus pulmonaris dapat menyebabkan gejala gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis, dahak/sputum becampur darah yang berwarna coklat (ada telur cacing). Kasus yang fatal sering tetrjadi.

f.Diagnosis
       Diagnosis pasti hanya dapat ditentukan dengan operasi sehingga menemukan cacing dewasa, juga dapat ditentukan dengan menemukan telur cacing dalam sputum, menyedot cairan pleura, dari feses atau bahan apapun yang menyebabkan ulser dari Paragonimus. Diagnosis dapat dikelirukan dengan tuberkulosis, pneumonia, spirochaeta dan sebagainya. Gangguan serebral perlu dibedakan dengan tumor, cystisercosis, hydatidosis, enchepalitis dan sebagainya. Diagnosis juga dapat dilakukan dengan tes intradermal yang diikuti dengan CFT.

g.Pengobatan:
Klorokuin 0,75 gr/hari sampai 40gr bhitional.

h.Pencegahan:
           Tidak memakan ikan/kepiting mentah. Apabila menkonsumsi harus sudah dimasak secara sempurna sehingga tidak terinfeksi oleh metaserkaria yang ada dalam ikan/kepiting tersebut.Penyuluhan kesehatan yang berhubungan dengan cara masak ketam dan pemakaian jamban yang tidak mencemari air sungai dan sawah dapat mengurangi transmisi paragonimiasis.

           
B.CESTODA
1.Diphyllobothrium latum
Dibothriocephalus latus = fish tapeworm

Penyebaran
Amerika, Canada, Eropa, Afrika, Siberia, Malagasi. Belum ditemukan di Indonesia.

Hospes definif : manusia.
Hospes reservoir    : anjing, anjing hutan, dan beruang.
Hospes perantara I  : Cyclops dan Dioptomus.
Hospes perantara II : ikan.

Morfologi dan Lingkaran Hidup
Cacing ini tergolong Pseudophyllidae yang terdapat sebagai cacing dewasa pada manusia. Panjangnya sampai 10 m, terdiri dari 3000-4000 proglotid Genital pore dan uterin pore terletak disentral dari proglotd. Telur mempunyai operkulum yang berisi sel telur. Telur dikeluarkan bersama tinja. Dalam air, sel telur menjadi onkosfer dan telur menetas lalu keluar korasidium yaitu embrio yang bersilia. Korasidium dimakan oleh HP I yaitu Cyclops atau Dioptomus. Di dalam tubuh HP I, korasidium berubah menjadi procercoid. Bila Cyclops atau Dioptomus yang mengandung procercoid dimakan oleh ikan sebagai HP II, makam procercoid akan tumbuh menjadi plerocercoid (sparganum) yang merupakan bentuk infektif.

Cara Infeksi
Bila manusia meakan ikan mentah atau yang tidak dimasak dengan baik yang mengandung plerocercoid.

Patologi dan Klinik
Ekskistasi terjadi di usus halus lalu cacing menjadi dewasa dengan memakan sari makanan dan vitamin B12. Penyakitnya disebut Diphyllobothriasis dengan gejala gastrointestinal berupa diare, hilang nafsu makan. Karena cacing mengambil vitamin B12 akan terjadi Anemia makrositer hyperchrom. Tidak semua orang yang terinfeksi akan menjadi sakit.

Diagnosa
Menemukan telur di dalam tinja, dapat juga dengan menemukan proglotid dalam tinja.

Pengobatan
Yomesan, Bisthionol.

Pencegahan
Menghindari makan ikan mentah atau yang kurang matang dan tidak mencemari air dengan tinja manusia.


2.Hymenolepis nana
Penyebaran
Kosmopolit, juga ditemukan di Indonesia.

Hospes dan Habitat
Manusia, tikus, dan mencit. Habitat cacing ini di bagian 2/3 atas illium dengan scolex terbenam di dalam mukosa.

Morfologi dan Lingkungan Hidup
Hymenolepis nana merupakan cacing pita yang sangat pendek, ukurannya 25 cm dan mempunyai 200 proglotid. Scolex bulat kecil mempunyai rostellum pendek refraktil dengan 1 baris kait kecil dan 4 batil isap yang berbentuk seperti mangkok. Lehernya panjang dan kurus, semua mempunyai lebar kira – kira 4 x panjangnya. Mempunyai lubang kelamin di sebelah kiri. Proglotid gravid, uterus berbentuk kantong yang berisi 80-180 telur. Telur bujur atau bulat mempunyai 2 membran yang meliputi embrio hexacant dengan 6 buah kait. Membran sebelah dalam mempunyai penebalan pada kedua kutub dimana keluar 4 filamen yang halus.
Pada manusia infeksi Hymenolepis nana tidak memerlukan hospes perantara. Cara infeksi dengan tertelannya telur. Telur menetas dan onkosfer masuk mukosa, usus halus, dan menjadi cysticercoid. Cysticercoid bersarang dalam tunica propria dari villi usus halus. Setelah beberapa hari kembali ke usus halus menjadi dewasa. Setelah 30 hari sesudah infeksi akan ditemukan telur di dalam tinja. Kadang – kadang telur tidak dikeluarkan bersama tinja, tetapi menetas di dalam usus, onkosfer yang menetas menembus villi usus dan lingkaran hidupnya akan berulang. Hal ini disebut autoinfeksi interna yang dapat menyebabkan infeksi menjadi berat.

Patologi dan Klinik
Infeksi ringan biasanya tanpa gejala, tapi infeksi berat yang disebabkan oleh autoinfeksi interna dapat menyebabkan gejala gastro intestinal berupa enteritis yang bersifat catarrhal. Pada anak – anak, infeksi berat dapat menimbulkan asteni sebagai akibat dari kurang nafsu makan, mual, muntah, dan sakit perut yang dapat disertai diare atau tidak.


Diagnosa
Menentukan telur dama tinja.

Pengobatan
Niclosamin, Atebrin.

Pencegahan
Melindungi makanan dari pencemaran tinja penderita dan mengobati penderita sesegera mungkin.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhodSi6mWixvOn04pKFElHLZ6qBH8mxqMHBqj3VkgUt9hZinD7DEPtlhsXTcKkZhSFTrkphcFpUQ36f7IhB-rgX4etwstv7MHFxBKDdhGyODOhQ_wASp6-_JS-Rli2OZIMh1pn4Hbo7O1UP/s1600/telur+h.nana.jpg
3.Taenia saginata
Beef tapeworm = cacing pita sapi

Penyebaran
Kosmopolit, juga ditemukan di Indonesia.

Hospes dan Habitat
Hospes definitif manusia dan dapat menyebabkan Teaniasis saginata, habitat di usus halus. Hospes perantara: sapi, unta, dan herbivora lain.



Morfologi dan Lingkungan Hidup
Cacing dewasa panjangnya 33-10 m, yang terdiri dari 1000-2000 proglotid. Scolex mempunyai 4 batil isap, tanpa kait – kait. Uterus gravid mempunyai cabang 15-30 pasang. Tiap hari kira – kira 9 proglotid dilepas dan aktif keluar anus. Tiap proglotid dapat berisi 80.000 butir telur. Telur mengandung onkosfer.
Telur infektif waktu dikeluarkan bersama tinja, oleh HP, biasanya sapi, termakan dan di dalam lambung telurtelur akan menetas  dan embrio akn sampai ke saluran limfe darah dan dibawa ke jaringan ikat. Di dalam oto akan menjadi Cysticercus bovis bersarang dalam otot masseter, triceps, jantung, dan oto lain.

Cara Infeksi
Manusia akan terinfeksi bila makan daging sapi yang mengandung cysticercus bovis yang tidak dimasak dengan sempurna.

Patologi dan Klinik
Taeniasis saginata biasanya tidak menimbulkan gejala. Kadang – kadang terdapat gejala usus dan eosinofilia. Penderita biasanya datang ke dokter kerena proglotid dapat bergerak aktif keluar anus.

Diagnosis
Diagnosis ditegakakan dengan menemukan proglotid yang keluar secara aktif melalui anus. Diagnosa genus dengan menemukan telur dalam tinja, sebab telur Taenia saginata tak dapat dibedakan dari telur Taenia solium.

Pengobatan
Yomesan, Atebrin.

Pencegahan
Memakan daging sapi yang dimasak di atas suhu 570 C, atau didinginkan sampai -100C selama 5 hari.

4.Taenia solium
Penyebaran
Kosmopolit, juga ditemukan di Indonesia terutama di daerah yang penduduknya non-muslim.

Hospes dan Habitat
Hospes difinitifnya adalah manusia, habitatnya di usus halus, penyakit yang ditimbulkannya pada manusia disebut taeniasis solium.

Morfologi dan Lingkaran Hidup
Cacing dewasa panjangnya 2-4 m kadang – kadang sampai 8 m. Scolex bulat mempunyai 4 batil isap yang berbentuk mangkok dan mempunyai 1 rostellum yang dikelilingi oleh 2 deretan kait – kait yang berselang – seling besar dan kecil yang jumlahnya 25-30 buah. Proglotid matang berbentuk empat persegi dengan lubang kelamin terletak di bagian lateral secara berselang – seling di bagian kiri dan kanan proglotid berikutnya. Uterus yang gravid bercabang sebanyak 7-12 pasang. Leher pendek 5-10m. Segmen yang gravid biasanya dilepas secara berkelompok 5-6 segmen tetapi tidak aktif keluar dari anus. Proglotid yang gravid dapat mengeluarkan telur 30.000-50.000 butir telur. Telur yang infektif dimakan oleh hospes perantara, yaitu babi, babi hutan, beruang, dan juga manusia.
Larva di tubuh hospes perantara terdapat di otot, lidah, diafragmma, otot perut, dan lain – lain. Larva di dalam otot ini disebut cysticercus cellulose.
Manusia terinfeksi kerena termakan daging babi yang mengandung cysticercus cellulose yang tidak dimasak dengan sempurna dan akan menimbulkan Taeniasis. Bila tertelan telur atai proglotid akan terjadi Cysticercosis.

Patologi dan Klinik
Taenia solium biasanya tanpa gejala, tapi kadang – kadang dapat menimbulkan perasaan tidak enak di perut yang diikuti oleh diare dan sembelit. Dapat juga menyebabkan nafsu makan berkurang, hingga badan menjadi lemah. Cysticercosis biasanya juga tanpa gejala, kecuali bila mengenai alat – alat penting seperti otak dan jantung, Cysticercosis sering ditemukan sebagai benjolan di bawah kulit dan gejalanya tergantung kondisi.

Diagnosis
Taenia solium ditegakkan dengan pemeriksaan proglotid. Cysticercosis ditegakkan dengan:
a.      1.  Menemukan cycticercus dalam benjolan kulit atau alat dalam,
b.     2.  Reaksi immunologi.

Pengobatan
Yomesan, Atebrin.

Pencegahan
Tidak memakan daging babi yang mentah atau tidak dimasak dengan sempurna.
                                      
















BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
 Cacing dewasa hidup dalam kista di paru. Bentuknya bundar lonjong menyerupai biji kopi dengan ukuran 8-12 x 4-6 mm dan berwarna coklat tua. Batil isap mulut hamper sama besa dengan batil isap perut. Testis berlobus terletak berdampingan antara antara basil isap perut dan ekor. Ovarium terletak di belakang batil isap perut. Telur berbentuk lonjong berukuran 80-118 mikron x 40-60 mikron dengan operculum agak tertekan kedalam. Waktu keluar bersama tinja atau sputum, telurnya belum berisi mirasidium.
Serkaria keluardari keong air, berenang mencari hospes perantara II yaitu ketam atau udang batu, lalu membentuk metaserkaria di dalam tubuhnya. Infeksi terjadi dengan makan ketam atau udang batu yang tidak dimasak sampai matang.
Dalam hospes defenitif, metaserkaria menjadi cacing dewasa muda di duodenum. Cacing dewasa muda bermigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut, menembus diafragma dan menuju ke paru. Jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan sehingga cacing dewasa terbungkus dalam kista, biasanya ditemukan 2 ekor di dalamnya.
                 Cestoda atau cacing pita adalah cacing yang hidup sebagai parasit yang termasuk kelas CESTODA, phylum PLATHYHELMINTHES. Cacing dewasa hidup di dalam tractur digestivus vertebrata dan larvanya hidup di dalam jaringan vertebrata dan invertebrata. Cestoda usus mempunyai spesies penting yang dapat menimbulkan  kelainan pada manusia umumnya adalah : Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia solium. Hospes definifnya yaitu manusia, anjing, kucing, dan kadang-kadang paling sedikit 22 macam mamalia lainnya, termasuk cerpelai, anjing laut, singa laut, serigala dan babi. ( Harlod, 1979)


DAFTAR PUSTAKA



http://www.scribd.com/doc/82573782/57456480-Isi-Makalah-Trematoda-Pertemuan-11


1 komentar:

  1. terimakasih infonya tentang trematoda paru bisa membantu saya.

    BalasHapus